Pages

Saturday, February 14, 2009

I Luv U n I Miz U, Ustadz !

Whuaaaa, alhamdulillah, akhirnya...
Jadi juga ikut kajian sabtu pagi di masjid Nurussalam. Abis dari dulu gak pernah kesampean. Apalagi masih jaman dimulainya jam 7 (sekarang mulai jam 7.30).
- Pagi-pagi masih sibuk dirumahlah
- anak-anak malem begadang ampe paginya ikutan teparlah
- Udah niat berangkat eh tiba-tiba ada agenda lain lah
- males lah (lho ?! Dasar !!!)
Padahal dah kangen berat sama ustadz yang ngisi kajian : Ustadz Hilman Rosyad, Lc !

Hehe, segitunya ya? Bukan semata faktor ustadznya sih. Garing aja dalam sepekan gak ada majelis kajian ilmu syar'i. Ini ada yang deket kok gak dimanfaatin, ustadz Hilman lagi :)
Penasaran kaaann, siapa sih ustadz Hilman?
Kalo orang Bandung mah pernah denger kali ya nama ustadz ini. Kenapa saya mengangeni beliau? Toh setiap ustadz insyaAlloh punya keutamaan masing-masing.
Saya ceritakan ya... (Ayo ambil posisi, siapin bantal, bisi ceritanya kepanjangan :D)

Ustadz Hilman adalah salah satu ustadz yang sering mengisi acara-acara baik kajian, training, dauroh dsj jaman saya kuliah dulu. Terus terang menghadiri majelis yang dibimbing oleh beliau mengingatkan kembali saya pada masa-masa itu. Masa ketika semangat rasanya selalu hadir setiap hari (emang sekarang ngga ya? Oh no!), masa dimana segala idealisme adalah hal yang tampak hitam putih tanpa abu-abu, masa penuh gairah tanpa kepentingan.
Hadir di hadapan beliau mengingatkan kembali saya, pada komitmen-komitmen yang prosesnya terbangun dengan sadar pada masa itu. Dengan segala hiruk-pikuk hari ini, saya serasa diajak untuk flashback, bahwa apa yang saya mulai di masa itu, harus terus dijalankan, diperjuangkan dan wajib diselesaikan, walaupun garis finishnya adalah liang lahat.

Saya sungguh malu. Melihat diri hari ini begitu berdebu, layu, kuyu dan sayu.
mengikuti kajian ustadz yang dulu juga kajiannya saya ikuti saat kuliah, menyentakkan diri ini bahwa saya adalah seorang Siska yang penuh semangat, cita-cita, gerak dan karya. Mahasiswa atau ibu rumah tangga sama saja, hanya wadah yang berbeda.
Alhamdulillah menghadiri kajian yang beliau bawakan, selain menambah ilmu, juga menambah 'darah baru' untuk saya, karena ikatan historis tadi.

Sebenarnya ada satu ustadz yang dibenak saya lebih identik dengan ustadz kampus. Soalnya beliau seriiiiiing banget ngisi di kampus. Bahkan selama hampir setahunan (lebih mungkin) beliau rutin mengisi kajian Jum'at pagi di kampus. Juga mengisi majelis ta'lim ibu-ibu (di masjid kampus ada MT ibu-ibunya juga lhoooo). Favorit mahasiswa n ibu-ibu deh. Beliau adalah ustadz Darlis Fajar, SS (udah nambah belum gelarnya stadz?:))
Tapi belakangan dengan kesibukan beliau berda'wah di dunia bergetah (baca : parlemen) mulai jarang ngisi di kampus. Lagipula, harus ada regenerasi juga kan?

Ada juga ustadz Ahmad Chumaedi (deket nih rumahnya dari kampus), ustadz Abu Syauqi, ustadz Budi Hatho'at, dan yang lainnya.
Favorit saya waktu itu adalah ustadz Nashirul Haq. Karena beliau itu lugas dan tegas jika mengisi kajian, tidak terlalu banyak heureuy (baca : becanda) pokokna saya suka lah gayanya. Kalau ada rapat-rapat pengurus/panitia membahas usulan nama ustadz, saya sering mengusulkan nama beliau.
Tapi justru beliau jarang ngisi di kampus, apalagi untuk forum umum. Mungkin karena kelugasannya ya. Eh, atau mungkin rumahnya relatif lebih jauh (Geger Kalong) ke kampus (Dayeuh Kolot). Pizz ah ustadz.

Mereka adalah para guru, ustadz yang berperan dalam masa-masa pembentukan saya. Saya sangat sangat mencintai beliau-beliau itu. Melihat mereka berkarya dan berda'wah tanpa kenal lelah, bahkan semakin berdaya dan membahana, saya sebagai 'murid' (aduh, punten ya ustadz ngaku-ngaku) merasa malu malu malu :(

Semoga tulisan ini senantiasa menjadi peringatan ketika lalai.
Wa bil khusus kepada para asatidz, I miz u all, luv u coz of Alloh !

Depok, 14 Februari 2009
»»  LANJUUUTT...