Pages

Thursday, January 22, 2009

Obama itu Fana

Pernah merasa kecewa? Ato malah sering? Kenapa kita kecewa?
Timbulnya kekecewaan biasanya diawali dengan hadirnya harapan. Entah yang memang terpupuk (klo dipupuk pake yang organik aja ya, halah, teu nyambung) ato yang timbul dengan sendirinya.
Berharap ini lah, berharap itu lah, begini begitu dst
Pokoknya berharap segala harapan terwujud.

Namun apa daya, karena kita manusia yang tak punya keMaha-kuasaan, harapan tadi tak selamanya jadi nyata. Saat kenyataan tak seindah harapan, munculah yang dinamakan kecebong, eh bukan, k-e-c-e-w-a.

Seperti yang kualami tadi malam. Berharap bisa mencuri perhatian suami, tapi suami lebih memilih perhatiannya dicuri blackberry. Padahal sudah dandan extra (ehm), teteuup blekberi yang diutak-atik, gak tau balesin e-mail, apa ym-an, apa fesbukan (sekedar info, suamiku suka bela-belain ngapdet status fesbuk padahal lagi nyetir).
Tadinya sih betesuretekaberetejete.
Tapi... Ya sudahlah. Salah sendiri juga suka ngarep. Mungkin memang akunya yang harus introspeksi, jangan berharap muluk (harus ada standarisasi muluk nih).

Seperti dunia saat ini, yang sedang gegap gempita dan terbuai harapan pada 'Change We Can Believe In', pada sosok manusia fana bernama Mr. Barrack Hussein Obama.
Indonesia apalagi, karena Obama pernah tinggal di Indonesia, jadi GR, jadi ngerasa bakal ada sesuatu yang istimewa buat Indonesia.
Yang lucu, sebuah kota di Jepang bernama Obama juga ikut-ikutan GR.
Kemudian karena ada latar belakang muslim, dunia Islam berharap ada perbaikan hubungan antara USA dan dunia Islam.
Karena presiden USA pertama yang berkulit hitam (secara fisik item, secara genetik 50% aja) diharapkan masalah-masalah rasial selesai.
Dan mungkin beragam harap lainnya.
Mungkinkah harapan itu akan menjadi nyata? Atau malah menimbulkan kekecewaan lain yang lebih perih?
Ingat ! Obama sebagai presiden USA bukan seorang individu, ia adalah representasi dari pemerintahannya.

Pada pidato inaugurasinya, sudah banyak yang merasa kecewa. Obama sebagai presiden USA terpilih, yang katanya polisi dunia, yang katanya dewa-nya HAM dan pejuang demokrasi, tidak sedikitpun menyinggung tragedi kemanusiaan bangsa Palestina di jalur Gaza. Kenapa kecewa ? Bukankah kita tahu USA sekutu (atau malah kacung) Israel. Apakah seorang Obama membuatnya menjadi berbeda? Aku rasa tidak.

Aku pribadi tidak pernah berharap banyak pada USA, gak bisa diharepin lah, dah ketauan belangnya (panuan kaleeee). Sebodo dia mantan anak Menteng, kalo Si Doel yang jadi laen cerita (ceritanya jadi : mengkhayal).

Mungkin aku terlalu skeptis ? Terserah lah, toh sikap ini lahir dari pengalaman dan kenyataan yang ada.
Tapi bukan berarti aku tidak mengambil hikmah dari Mr. Obama ini, bukankah selalu ada hikmah dalam setiap episode hidup ?
Perjuangannya Obama menembus gedung putih adalah perjuangan dan pergumulan panjang bangsa Amerika mengatasi rasialisme. Aku belajar dari situ.
Belajar tentang kemustahilan yang terus ditentang.
Belajar tentang perjuangan
Tentang pengorbanan
Tentang kerja keras
Tentang kualitas manusia
Belajar bahwa mustahil akan tetap mustahil sampai kita menyangkalnya
Walau sampai berdarah-darah
Bahkan meregang nyawa.

Seorang penjahit bernama Rosa Parks, mungkin tidak pernah menduga, saat tahun 1955 ia dilarang duduk di bus kota pada area khusus kulit putih yang berujung penangkapan dirinya, tahun 2009 ini seorang keturunan Kenya duduk di gedung putih sebagai orang nomor 1 USA.

Kalau kukatakan USA tidak diharapkan, untuk sekarang ya. Selama masih menerapkan standar ganda, USA adalah serigala berbulu domba. Entah butuh berapa ratus tahun untuk melihat USA ber-evolusi menjadi domba.
Mustahil? Hanya Tuhan yang tahu

Jadi wahai seluruh dunia, silahkan siapkan diri anda menerima kenyataan, kita lihat relevansi harapan-harapan tadi dengan kenyataan di depan.
Jika kenyataan sesuai harapan, berbahagialah.
Jika didapati harapan tinggal kenangan, jangan salahkan Obama, mungkin anda keliru menaruhnya pada sesuatu yang fana.

Depok, 220109
Saat headline koran melulu Obama

4 comments:

  1. Kata2 terakhir anda benar.
    Orang Indonesia (khususnya muslim) terlalu berharap pada Obama cuma gara2 pernah tinggal di Indonesia dan nama tengahnya Hussein.

    Lucunya mereka yang terlalu banyak berharap cuma muji2, dukung2,dan heboh waktu Obama ikut Pemilu tanpa mikir kalau itu Pemilu USA. Kalaupun Obama terpilih, toh yg memilih orang Amerika koq dan dana kampanye jg dana orang Amerika. Gitu jadi Presiden USA, yah prioritas utama Obama pasti nggak jauh dari kesejahteraan orang Amerika. Wajar toh???

    Kalaupun Obama ikut mendukung standar ganda soal timur tengah, selama menguntungkan Amerika, tak akan ragu Obama melakukannya. Karena suka atau tidak suka, dia presiden USA bukan presiden Indonesia apalagi presiden Palestina.

    ReplyDelete
  2. Orang-orang yang pernah tinggal di Indonesia dapatkan seramah dan sesantun Indonesia terhadap Palestina? bisa iya, tapi untuk AMerika? belum tentu

    www.pernikkhatulistiwa.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. @Bisnis Online
    "seramah dan sesantun Indonesia"

    ???????????
    Bapak tinggal dimana yah??
    Setahu saya hanya yang tinggal dikampung dan desa2 di Indonesia yang sebagian besar bisa dibilang santun dan ramah.
    Di kota2 terutama yang besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dll orang2nya cenderung kejam dan tega.jangankan thd orang asing, sesama bangsa sendiri saja sadis koq. padahal cuma beda paham, agama, etnis dan ras, juga perbedaan kecil lainnya.
    dan ingat Obama pernah tinggal di Jakarta yg terkenal sbg si raja tega.

    ReplyDelete