Pages

Friday, December 21, 2018

Menuju Tanakita

Karena anak-anak sudah liburan sementara emaknya masih harus raker, jadi kita tunda dulu liburan keluarga kita ya :p
Sambil menunggu saaatnya kita berseru, 'libur tlah tiba, libur tlah tiba' *Tasya mode on*, marilah kita cerita dulu liburan kita kemarin sore ituuh

Jadi pada suatu masa, datanglah ajakan untuk bergabung menuju Tanakita. Buat yang belum tahu apa itu Tanakita, saya cuplikan sedikit informasi dari websitenya : Arena Berkemah Bintang Lima Tanakita adalah arena berkemah yang terletak di kaki gunung Gede Pangrango, berbatasan langsung dengan  Taman Nasional Gede Pangrango di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, yang terkenal berhawa sejuk dan segar, dengan kondisi cuaca rata-rata 20°-22° C (hari), 18°-20° C (malam), dan kelembaban 85%. Lokasinya persis berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Campsite yang dikelola oleh Rakata Alam Terbuka ini luasnya sekitar 2 hektar, dan berada di ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut.

Untuk lebih lengkapnya mangga bisa buka websitenya disini. And if you don't understand Bahasa, the website also provide in English. But although it is located in West Java, sadly they don't provide Sundanese. So if you don't understand both languages and only understand Sundanese, mangga tiasa ngintun email ka abdi bilih bade aya nu ditaroskeun mah. *Euh, siga marketing na wae
Back to topic after ngacapruk,
Jadilah dengan adanya libur pasca school project celebration, kami dengan riang gembira menuju Tanakita. Perjalanan ke Sukabumi akan ditempuh dengan kereta api, tuut tuut tuut..
Perjalanan dimulai dari Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Bogor. Lebih enak kalau temen-temen sudah punya kartu kereta atau e-money dan sejenisnya, jadi tinggal tap di gate dan masuk. Kalau belum punya ya harus ngantri beli tiket dulu. Di Depok Baru ini beli tiket masih manual di loket dan dilayani manusia *ya masak kambing*,  maksudnya gak pake vending machine gitu lhoooo. Duh maafkan kekurangmampuan saya menjelaskan.
Kami berangkat sekitar pukul 6-an hampir setengah 7. InsyaAllah keretanya banyak sih, jadi gak perlu kuatir kehabisan. Perjalanan menuju Bogor kurang lebih 30 menitan. Di sana kami sudah janjian sama rombongan untuk berkumpul jam 7, karena kereta menuju Sukabumi dari Bogor berangkat pukul 7.55. Oiya, Stasiun Bogor ini adalah stasiun terakhir kereta berhenti, jadi ya gak terlalu khawatir banget kalo ketiduran :D *Ini penting*
Di dalam kereta Depok-Bogor

Tiba di Stasiun Bogor. Banyak keretaaa
Buka ransum dulu sambil nunggu anggota rombongan
Setelah berkumpul kami menuju Stasiun Bogor Paledang, karena kereta yang akan berangkat ke Sukabumi stasiunnya di sana. Jadi temen-temen kalo naik KRL turun di stasiun Bogor harus pindah stasiun dulu yaaa, walaupun belum bisa pindah ke lain hati gpp, yang penting harus pindah stasiun, karena kalo nggak, ntr gak nyampe-nyampe.
Stasiun Paledang ini gak jauh kok dari Stasiun Bogor, tinggal naik ke jembatan penyebrangan dan ikuti petunjuk insyaAllah nyampe dengan selamat di Stasiun Paledang.

Stasiunnya lebih kecil, tapi fasilitasnya lumayan kok, ada mushola, ada toilet, ada tempat makan buat yang belum sempet sarapan, dan ada rasa yang selalu berwarna *naoh sih
Pastikan membeli tiket kereta ke Sukabumi ini jauh-jauh hari, kalau go show kayaknya kecil kemungkinan bisa dapet, apalagi kalo lagi libur. Kemaren aja pas di sana diumumin kalo tiket hari itu sudah sold out untuk semua jam keberangkatan. Ada 3 jam keberangkatan, jam 7.55, 13.25, dan 18.30. Semua dalam WIB ya, Waktu Indonesia Bercanda, eh Barat deng.
Pas mau naik kereta siapkan kartu identitas, KTP maksudnya, jangan pake kartu remi ya, apalagi kartu gapleh, bisa dicarekan ku petugasna. Saya menyiapkan juga fotokopi KK jaga-jaga bisi petugas ingin melihat NIK anak-anak sesuai atau tidak dengan data pemesanan. Tapi alhamdulillah gak sampe diminta KK sih, cuman KTP saya aja yang dilihat. Mungkin untuk memastikan apakah sudah sesuai tanggal lahirnya cocok untuk profil emak beranak tiga, karena kan wajahnya lebih cocok dengan profil mahasiswa *uhuk, keselek *mahasiswa S2 yang ngambil kelas karyawan maksudnyaaa :p
Kami naik kereta ekonomi, dan cukup nyaman kok. Model kursinya yang hadep-hadepan gitu, Full AC dan ada colokan listrik, plus pemandangan yang memang menandakan kami sedang liburan.
Bobocan di kereta Bogor-Sukabumi

Pemandangan dari dalam kereta
Perjalanan Bogor-Sukabumi ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam. Jika jarak Bogor-Sukabumi adalah 60 Km. Berapakah kecepatan kereta api tersebut? πŸ˜†
Oiya satu hal penting lagi, untuk menuju Tanakita pastikan turun di Stasiun Cisaat ya. Bukan Stasiun Sukabumi, udah kelewatan itu mah. Di Stasiun Cisaat ini kami sudah ditunggu oleh Limosin yang akan membawa kami ke Tanakita. Limosin disini adalah kata lain dari angkot. 
Stasiun Cisaat kala gerimis, seperti hatimuu

Rasanya tinggal selangkah lagi menuju Tanakita yang diimpikan, karena angkot yang siang itu berasa kereta kencana inilah kendaraan terakhir yang mengantarkan kami sampai ke dalam Tanakita, yang katanya arena kemping bintang lima. Gimana gak berdebar-debar tuh ya *lebay
Tapi Allah Maha Pembuat Skenario, rasanya mungkin perjalanan kami kurang greget tanpa drama. Ketika melewati Alun-alun Cisaat, akan nyebrang ke arah samping Polse Cisaat, tiba-tiba, BUUMMM. Ada suara cukup keras yang mengagetkan kami semua.
Bukaaann, bukan bom rakitan, bukan juga suara angin yang terlampau besar, tapi ternyata adalah suara ban gembos sodara-sodara !!!. Subhanallah.. ujian untuk bersabar yaa.
And you know what, itu ban gembos kok ya pas di bagian yang saya dudukinπŸ˜…. Huwapakah ini kode keras utk segera menyukseskan program diet yang selalu mulai besok?
Ya sud akhirnya terpaksa minggir dulu dan kita semua turun. Karena lokasinya juga dekat dengan Masjid Agung Cisaat, seketika itu juga sebagai seorang emak yang berusaha menjadi cekatan, segera menggiring Thoriq untuk ke toilet. Eh maksudnya mengajak πŸ˜‡
Ini salah satu tips bepergian dengan anak kecil ya wahai para emak. Ajaklah ananda ke toilet begitu menemukan toilet, walaupun ananda belum meminta. Karena kalo tiba-tiba udah kebelet dan gak ada toilet, rempong cyiinnn *If you can feel me *tips ini berlaku juga untuk emaknya πŸ˜‰
Thoriq in action
Alhamdulillah ban yang gembos sudah diganti, perjalanan dilanjutkan dan saya tetap duduk di tempat yang tadi sambil berharap ban-nya tidak gembos lagi agar saya tidak merasa bersalah kepada seisi angkot.
Dari samping Polsek Cisaat kita akan melewati pasar yang -ya namanya pasar- lumayan macet. Di tengah siang terik, di kemacetan dalam angkot, dan kelaparan dalam perut, pemandangan yang bisa saya tangkap dengan jelas adalah kios bakso sapi dan kios es kelapa.
Alhamdulillah macetnya gak lama-lama banget, perjalanan selanjutnya lancar jaya, semakin tinggi hawa semakin dingin, terlihat beberapa kebun sayur di kiri kanan. Kondisi jalan juga sangat bagus, ngageleser lah. Mungkin karena baru pertama kali ke sana, perjalanan terasa lama. Mungkin juga karena sudah tak sabar  ingin melihat seperti apa sih Tanakita ini, seperti kamu yang sudah tak sabar menatapnya saat ta'aruf tiba. Ihiiirr
Dan seperti apakah saat memasuki gerbangnya? dilanjut tulisan berikutnya saja ya. Ini tadinya mau cerita hari pertama sampai selesai, tapi kok baru sampai naik angkot aja udah kepanjangan rasanya. Maklum emak-emak doyan cerita. Semoga jika ada yang baca gak bosen ya *PD amat ceuu

* * *

Lanjutannya klik disini ya



 

No comments:

Post a Comment