Pages

Monday, December 22, 2008

Kisah di Balik Buku

Buku adalah jendela dunia. Pastilah peribahasa ini tercipta sebelum internet ada :)
Namun demikian, internet dengan segala kecanggihannya, menurut saya tidak (belum?) sepenuhnya bisa menggantikan buku.
Mencium aroma buku, membuka halamannya, menyentuh permukaannya, mendekapnya, ah, pokoknya buku terasa lebih personal dibanding internet buat saya.

Saya bukan mau membandingkan antara buku dan internet, bukan. Saya ingin cerita dan bernostalgia dengan dua buku yang ada di urutan depan kalau saya mengisi kolom buku favorit.

Kenapa ada di depan ? Karena dua buku ini adalah buku-buku awal yang memberikan kesan yang mendalam buat saya. Jadi urutan terdepan ini tidak mengartikan paling, tapi mengartikan senioritas :p

Buku pertama berjudul Hiburan Orang Mukmin terbitan Gema Insani Press. Buku ini saya baca kelas dua SMP. Saya mendapatkannya sebagai hadiah dari seorang teman setelah mengikuti pesantren kilat di Al Hikmah, Warujajar, Cianjur (makasih K Dadan, dimana dirimu kini?)

Pertama saya pikir buku ini berisi hiburan-hiburan apa saja yang boleh dan tidak untuk seorang muslim. Tapi ternyata saya salah.
Buku ini berisi kisah dan cerita dari para rosul, sahabat, dan salafus sholih. Cara penyampaiannya sungguh menarik, saya seperti berada di tempat dimana kisah tersebut di paparkan.
Saya menangis saat membaca kisah kepergian Rosululloh SAW, takjub dengan salafus sholih yang diamputasi kakinya saat melaksanakan sholat, merinding membaca kebesaran dan kerendah-hatian pasukan muslim, bengong bahwa salah satu kelalaian pasukan muslim yang membuat mereka sulit menembus benteng pertahanan Romawi adalah tidak bersiwak (menggosok gigi) !

Wah, pokoknya semua kisah-kisah di sana sudah bolak-balik saya baca dan juga saya kisahkan kembali.

Dan buku itu ternyata bukan hanya menjadi buku favorit saya saja, tapi juga para peminjam. Walhasil buku itu tidak pernah lama nganggur di rak, tapi berantai dari satu orang ke orang yang lain.
Saking sering dipinjam, sampai sampul dan jilidnya amburadul. Dan yang memperbaiki sampul dan jilid yang amburadul itu bukan saya, tapi teman kos saya (thank you Lppits :*).
Dia yang membawa buku itu untuk dijilid lagi. Bisa ditebak dong, dia juga pecinta buku ini:)

Sayang buku itu entah dimana sekarang. Ada yang meminjam dan belum mengembalikan. Lupa pula saya siapa yang terakhir pinjam. Saya bisa beli lagi cetakan terbaru (mudah2n ada), tapi nilai historisnya itu lho.

Karena buku itu, saya jadi mencari lagi buku-buku lain untuk dibaca, terutama buku Islam.
Selesai membaca buku itu, saya membeli buku di toko buku dekat sekolah yang uangnya saya peroleh dari mengumpulkan uang jajan.

Saya tidak ingat judul bukunya, tapi intinya adalah buku kumpulan tanya jawab masalah keislaman yang ditulis oleh Syekh Yusuf Qordhowi. Sudah lupa sebagian besar isinya. Yang masih saya ingat adalah pertanyaan boleh tidaknya memberi nama anak dengan nama Fir'aun.

Buku yang kedua saya baca saat kelas 2 SMA (kok dua-duanya kelas 2 ya?). Ini buku pinjaman dari Eko, teman sekelas. Judulnya adalah Tafakur di Galaksi Luhur karangan Dedi Setiadi.
Buku ini pada dasarnya memandang astronomi dari kacamata Islam sehingga kita dapat melihat kebesaran Sang Pencipta.
Memaparkan bagaimana segala keindahan, keruwetan sistem, benda-benda angkasa, bahkan juga UFO. Sepertinya penulisnya percaya jika UFO itu ada.

Mungkin karena saya memang senang dengan hal-hal berbau angkasa luar, buku ini langsung menarik perhatian saya.
Selain itu, cara penyampain Pak Dedi menarik dan pilihan bahasa yang dipergunakan agak-agak puitis. Sudah kelihatan kan dari judul bukunya?

Kenapa buku ini berkesan?
Pertama karena dengan membaca buku ini saya merasakan betapa keciiiiiiiiiil diri ini dan betapa hebat Alloh. Dan dari buku ini saya yang senang mengamati langit jadi tahu apa yang ada di atas sana.

Mungkin saya perlu ceritakan juga. Waktu itu tahun 1996, saya tinggal di kota Gorontalo, dan saat itu Gorontalo belum menjadi propinsi, masih bagian dari Sulawesi Utara.
Seingat saya agak sulit untuk mencari bacaan yang asyik. Waktu saya coba sambangi perpustakaan kotanya saja, saya tidak menemukan buku-buku yang bisa membuat saya betah berlama-lama dan ketagihan balik lagi. Kebanyakan buku-buku pelajaran. Padahal waktu saya di Cianjur saja, perpustakaan kota kecil itu sudah cukup menjadi surga untuk saya. Jadi waktu dipinjami buku ini senangnyaaaaaaa minta ampun.

Kedua, bahasanya tadi. Saya merasakan kalimat-kalimat yang indah di sepanjang halaman, tapi tidak membuat kening saya berkerut. Mungkin saat itu titik awal kesadaran dan ketertarikan saya pada kalimat-kalimat indah atau sastra kalau mau dibilang begitu (tapi ketinggian ah)

Nah, saking kesengsemnya saya dengan buku ini, saya ingin memilikinya. Dan setelah mengubek seluruh penjuru Gorontalo (hiperbola ), saya tidak menemukannya ! Sedihnya.
Tapi karena saya benar-benar ingin memilikinya, saya fotokopi buku itu.
Karena teman saya pun mendapatkanya dari saudaranya di Jawa.

Satu cerita lagi tentang buku ini. Saat saya kuliah di Bandung, beberapa kali saya berkesempatan mengunjungi rumah Bapak Dedi si penulis buku. Senangnya. Tadinya saya ingin meminta tanda beliau dibubuhkan di buku fotokopian tadi, tapi saya khawatir ,
Apa nanti beliau tersinggung karena saya memfotokopi, bukannya membeli
Apa nanti saya tidak di sebut pembajak
Apa nanti beliau tidak marah
Akhirnya keinginan saya tidak pernah saya perjuangkan. Dan saya menyesal !
Saya yakin jika dijelaskan beliau tidak marah. Mudah-mudahan saya masih sempat silaturahim lagi dengan beliau.

* * *

Itulah dua buah buku yang selalu saya sebut di urutan pertama buku favorit saya. Tentu masih banyak buku-buku yang berkesan dan mempengaruhi pemikiran dan kehidupan saya.
Karena walau era internet sudah tak terelakkan, dan sudah bisa dibawa kemana-mana, buku tetap the green garden in our pocket. Setuju tidak ?

2 comments:

  1. Yups...
    Buku memang gudangnya hikmah yang dapat ditangkap tanpa perlu kita alami...

    ReplyDelete